majalahkoran.com – Arsenal kembali aktif di bursa transfer musim panas 2025. Kali ini, nama yang mencuri perhatian bukanlah wonderkid muda dari Eropa atau bintang besar dari La Liga, melainkan Christian Norgaard, gelandang veteran milik Brentford yang disebut-sebut akan segera merapat ke Emirates Stadium.
Di usia 31 tahun, Norgaard bukanlah sosok glamor yang biasanya disambut meriah di London Utara. Namun, Mikel Arteta dan jajaran manajemen The Gunners justru melihat hal yang mungkin luput dari perhatian banyak orang: pengalaman, stabilitas, dan peran pelapis berkualitas untuk Martin Zubimendi yang juga segera tiba dari Real Sociedad.
Tapi pertanyaannya, seberapa layak transfer ini? Apakah Norgaard bisa menjadi upgrade dari Thomas Partey, pelapis sepadan untuk Zubimendi, atau justru hanya “tambalan” biasa?
Menyusul Zubimendi, Menggantikan Partey dan Jorginho
Kehadiran Norgaard di Arsenal jelas bukan tanpa alasan. Dua gelandang bertahan sebelumnya, Thomas Partey dan Jorginho, resmi meninggalkan klub. Sementara Zubimendi diyakini akan mengambil alih peran utama sebagai gelandang jangkar, Norgaard disiapkan sebagai pelapis yang siap tampil saat rotasi dibutuhkan.
Nilai transfernya pun tergolong murah meriah di tengah harga pasar saat ini: hanya 10 juta, dengan kemungkinan meningkat hingga 15 juta Pounds. Namun murah bukan berarti murahan. Data statistik menunjukkan bahwa Norgaard menyimpan potensi untuk menjadi pemain yang berguna dalam skema Arteta.
Berikut perbandingan lengkap Norgaard dengan Partey, Zubimendi, Jorginho, dan pemain incaran lain Arsenal, Lucien Agoume dari Sevilla.
Menyerang – Lebih Produktif dari Partey dan Zubimendi
Secara mengejutkan, Norgaard mencetak 5 gol di Premier League musim lalu, lebih banyak dari Partey (4), Zubimendi (3), maupun Agoume (2). Ia juga mencatatkan 39 tembakan, terbanyak di antara kelimanya, dengan 38,5% di antaranya tepat sasaran.
Meskipun jarang disebut striker bayangan, Norgaard memang rajin mencari peluang di kotak penalti lawan—rata-rata jarak tembakannya 14,3 yard, lebih dekat dari Partey (19,2 yard). Meski tidak akan difokuskan sebagai kreator gol di Arsenal, kemampuan ini tentu bisa menjadi senjata tersembunyi saat Arteta butuh opsi late goal.
Playmaking – Bukan Maestro, Tapi Tidak Kaku
Dari sisi kreativitas, Norgaard juga mencetak 4 assist, tertinggi di antara lima nama yang dibandingkan. Ia juga menghasilkan 58 shot-creating actions (SCA)—mendekati Partey (62) dan Agoume (60), meski kalah dari Agoume dalam hal kontribusi dari bola mati dan umpan progresif.
Namun, yang paling menarik adalah kontribusi Norgaard terhadap goal-creating actions (GCA). Ia berada di posisi teratas bersama Partey, dengan masing-masing menyumbang 13 peluang berujung gol. Bukti bahwa ia bukan sekadar gelandang pemotong serangan, tetapi bisa memulai atau terlibat dalam fase akhir penyerangan.
Passing & Possession – Inilah Poin Lemahnya
Jika ada satu aspek yang masih dipertanyakan, itu adalah kemampuan distribusi bola. Norgaard memang bukan bagian dari tim penguasa bola seperti Arsenal, dan hal itu terlihat dari akurasi umpannya yang hanya 81,6%, terendah dibanding Partey (87,4%), Zubimendi (83,6%), hingga Agoume (85,3%).
Jumlah umpan progresifnya pun hanya 154, masih di bawah Partey (185) dan Zubimendi (195). Namun perlu dicatat, gaya bermain Brentford yang lebih direct dan tidak dominan dalam penguasaan bola membuat angka ini bisa dimaklumi.
Defensif – Tukang Sapu Efisien
Sebagai gelandang bertahan, keunggulan utama Norgaard terletak pada aspek bertahan. Ia mencatat 49 tekel sukses dari 79 percobaan, nyaris menyamai Partey (53 dari 89). Tak hanya itu, ia memimpin dalam intersep, sapuan, dan blok, serta unggul dalam aerial duel dengan rasio kemenangan 62%.
Norgaard juga menjadi pemain yang paling sering melakukan tekel terhadap pemain yang menggiring bola. Meski efektivitasnya (59,3%) masih kalah dari Agoume (69,2%) dan Zubimendi (63,6%), frekuensi intervensinya menunjukkan intensitas bertahan yang tinggi.
Namun sisi negatifnya, Norgaard juga mencatat kartu paling banyak: 8 kuning dan 1 merah musim lalu. Ia akan butuh sedikit penyesuaian agar tidak menjadi liability di laga-laga penting Arsenal.
Ideal untuk Peran Rotasi, Bukan Starter Permanen
Dengan statistik yang ditampilkan, Norgaard memang bukan pengganti 1 banding 1 untuk Partey, apalagi belum tentu sekomplet Zubimendi atau semobile Agoume. Tapi ia cocok untuk peran sebagai pengatur tempo kedua, pelapis untuk laga padat, atau bahkan starter dalam laga cup.
Transfer ini terlihat seperti langkah cerdas untuk memperdalam skuad, bukan membeli nama besar untuk mendongkrak brand. Di musim yang panjang, pemain seperti Norgaard bisa menjadi penentu dalam pertandingan yang tak banyak sorotan—saat rotasi menjadi kunci sukses tim juara.
Norgaard, Transfer yang Tak Bikin Geger Tapi Bisa Jadi Penentu
Christian Norgaard mungkin tak membuat fans Arsenal berdiri histeris seperti halnya transfer Florian Wirtz. Ia mungkin tidak diburu Real Madrid atau tampil di highlight YouTube tiap pekan. Tapi sepak bola modern butuh pemain seperti dirinya—disiplin, taktis, tahan banting, dan siap bekerja dalam senyap.
Dengan kombinasi Zubimendi sebagai starter utama dan Norgaard sebagai pelapis yang bisa diandalkan, lini tengah Arsenal kini terlihat lebih kokoh. Apalagi dengan keberadaan Declan Rice dan Odegaard, Arteta punya cukup amunisi untuk memainkan berbagai skema.
Dan pada akhirnya, jika Arsenal ingin menjadi juara, bukan hanya bintang yang dibutuhkan. Tapi juga para pekerja yang siap tampil tanpa sorotan—dan Christian Norgaard, sejauh ini, tampaknya sangat siap untuk tugas itu.
Not sure if this is your style, but there’s a free training making the rounds right now. It shows how people are using AI to turn their “meh” websites into automated sales machines. It’s light, quick, and surprisingly practical. Might be useful for Majalahkoran. Here’s the link if you want to see it: https://h1.nu/14LkW