majalahkoran.com – Di hadapan Komisi XI DPR RI, Menteri Keuangan Sri Mulyani baru saja memulai penyampaiannya dengan topik “Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2026” pada Kamis (3/7/2025) malam. Ia hadir di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, serta Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy.
Awalnya, Ketua Komisi XI DPR RI, Muhammad Misbakhun membuka rapat kerja bersama mitra pemerintah untuk membahas Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN Tahun 2026. Ia kemudian mengizinkan Menteri Keuangan untuk memberikan penjelasan terlebih dahulu.
Namun, baru saja Sri Mulyani memulai presentasinya dan menampilkan slide berjudul “Dinamika Perekonomian dan Kinerja APBN Tahun 2025”, tiba-tiba katanya terhenti. Terdengar gangguan dari meja di seberangnya.
Terdapat momen ketika Sri Mulyani memulai perkataannya dengan nada formal yang biasa ia gunakan, namun tiba-tiba sebuah suara memotong. Bukan pembahasan mengenai inflasi atau pertumbuhan ekonomi, melainkan permintaan yang membuat senyum muncul di tengah suasana serius.
“Pimpinan, sebentar. Bu Menteri, Direktorat Jenderal Pajak dan Bea Cukai baru saja bergabung. Kita belum saling mengenal, Bu. Silakan diperkenalkan, Bu. Terima kasih, Bu,” kata anggota Komisi XI DPR, Melchias Markus Mekeng.
1. Saat Sri Mulyani memperkenalkan dua direktur jenderal baru
Sri Mulyani, yang sering tampil tegas dan bersemangat, sejenak menghentikan pembicaraannya. Wajahnya tetap tenang, dengan senyum kecil terukir.
“Karena saya sudah beberapa kali ke DPR, saya lupa bahwa Komisi XI ini untuk memperkenalkan,” katanya. Ia mengakui bahwa malam itu adalah pertemuan pertamanya dengan Komisi XI sejak terjadinya perubahan jabatan di kementeriannya.
Pertemuan malam itu sementara berubah menjadi ajang perkenalan. Dua pejabat yang kini menguasai posisi penting di Kementerian Keuangan diperkenalkan kepada anggota parlemen.
“Pertama, Bimo Wijayanto, Direktur Jenderal Pajak, beliau bukan orang asing di Kementerian Keuangan, kemudian pernah bekerja di Kemenko, Kantor Staf Presiden, dan kini kembali kepada kami. Kedua, Djaka Budi Utama, Direktur Jenderal Bea dan Cukai,” tegasnya.
Keduanya mengangguk dan tersenyum dalam suasana yang tiba-tiba menjadi lebih hangat. Tidak biasa bagi sebuah rapat ekonomi makro, yang biasanya penuh dengan angka dan istilah teknis, untuk dihiasi oleh momen lucu sekaligus penuh kepekaan manusiawi. Namun itulah dinamika yang terjadi di ruang pengambilan keputusan negara. Dalam perhitungan fiskal yang rumit, masih ada ruang untuk kehangatan dan saling kenal—karena pada akhirnya, kebijakan negara juga ditentukan oleh manusia-manusia di baliknya.
2. Bimo memiliki karier di lingkungan strategis pemerintah
Bimo pernah menjabat sebagai Asisten Deputi Investasi Strategis di Kedeputian Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan, Kemenko Marves, saat kementerian tersebut berada di bawah pimpinan Menko Luhut B. Pandjaitan. Karier di lingkungan strategis pemerintah juga membuat Bimo menjadi Tenaga Ahli Utama di Kantor Staf Presiden (KSP) RI pada periode 2015–2016.
Di luar lingkup pemerintahan, awal karier profesional Bimo dimulai di bidang audit ketika ia bergabung dengan PricewaterhouseCoopers.
Sri Mulyani: Jika Danantara Terlalu Mendominasi, Dampaknya Bisa Menyebabkan Penggantian Kegiatan Lain
3. Djaka diandalkan memimpin DJBC dengan tegas
Sementara itu, Djaka dikenal sebagai perwira senior yang telah lama berkiprah di bidang intelijen dan militer. Sebelum ditunjuk memimpin Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Djaka menjabat sebagai Sekretaris Utama di Badan Intelijen Negara (BIN), posisi yang ia emban sejak Oktober 2024.
Seorang lulusan Akademi Militer tahun 1990 dari cabang Infanteri (Kopassus) ini pernah menjabat berbagai posisi penting, mulai dari Irjen Kementerian Pertahanan RI hingga Staf Khusus Panglima TNI pada 2023. Ia juga pernah menjadi Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri di Kemenko Polhukam serta pernah menjabat beberapa kali sebagai Perwira Ahli Tingkat III Panglima TNI dalam bidang sosial budaya hingga ekonomi.
Dengan dasar yang kuat dalam bidang strategi dan keamanan nasional, Bimo dan Djaka menjadi tokoh yang menarik perhatian melalui peran masing-masing, di balik layar birokrasi dan kebijakan negara.
Sri Mulyani Mengungkap Kondisi yang Harus Dipenuhi RI untuk Mencapai Pertumbuhan Ekonomi 5,8 Persen pada Tahun 2026