Medium Sejarah Orde Baru : Uang 10 Rupiah dan Pesona Karapan Sapi Emas

JeteOfficialShop

majalahkoran.com – Dunia numismatik Indonesia menyimpan banyak kisah yang tak sekadar berbicara soal uang. Dalam setiap desain, setiap ukiran, dan setiap lembar atau logam yang dicetak, terdapat narasi panjang tentang jati diri bangsa, perjalanan sejarah, dan ekspresi budaya lokal. Dua di antara objek paling menarik dalam lanskap ini adalah

model cetakan (printer’s model) uang kertas Rp10 tahun 1968 bergambar Jenderal Soedirman
dan koin Rp100 bertema Karapan Sapi yang memancarkan keanggunan emas dan makna simbolik yang dalam.

Purwarupa Rp10 Soedirman 1968: Arsip Visual dari Era Awal Orde Baru Pada penghujung tahun 2024, dunia koleksi Indonesia digemparkan oleh penjualan satu lembar uang kertas purwarupa—bukan uang yang beredar di pasar, melainkan contoh cetakan resmi yang disiapkan oleh percetakan untuk tinjauan internal sebelum proses produksi massal. Uang ini, yang menampilkan Jenderal Soedirman pada sisi belakang, mencerminkan bagaimana narasi kepemimpinan dan patriotisme diintegrasikan ke dalam desain uang negara.

WankeiOfficial

Lelang tersebut berlangsung dalam ajang Nusantara Auction ke-26, dan nilai jualnya melonjak drastis dari harga pembukaan Rp200.000 menjadi Rp8.000.000. Dengan predikat
PMG 64 Choice Uncirculated
, lembar ini tidak hanya menawarkan kondisi fisik nyaris sempurna, tetapi juga menunjukkan betapa kuatnya nilai historis yang dikandung sebuah objek yang bahkan tidak pernah masuk ke sirkulasi umum.

Koin Rp100 Karapan Sapi: Refleksi Budaya Madura dalam Kilau Emas Sementara uang kertas Soedirman mewakili narasi nasional, koin Rp100 Karapan Sapi menjadi simbol kuat dari warisan budaya lokal Indonesia—khususnya dari Pulau Madura. Diperkenalkan pada awal 1990-an, koin ini memuat citra dinamis dari tradisi karapan sapi, perlombaan kerbau khas Madura yang tidak hanya kompetitif, tapi juga sarat makna kebanggaan komunal dan kehormatan sosial. Yang membuat koin ini menonjol di antara koleksi lain adalah lapisan keemasannya yang memikat. Meski bukan dari logam mulia, permukaan koin ini memiliki nuansa keemasan yang menimbulkan kesan eksklusif dan elegan. Tak sedikit kolektor memburu koin ini karena tampilannya yang mencolok sekaligus representasi kuat dari etnografi Indonesia.

Kini, koin Karapan Sapi tak hanya dikoleksi untuk kepentingan estetika atau sejarah, melainkan juga telah masuk ke dalam ranah seni terapan—digunakan dalam karya seni logam, perhiasan unik, dan bahkan suvenir etnik yang berkelas.

Dua Arah Narasi: Nasionalisme dan Budaya Lokal

Jika dilihat lebih dalam, kedua objek ini memperlihatkan arah yang berbeda namun saling melengkapi dalam ranah koleksi uang:

  • Purwarupa Soedirman

    adalah produk desain negara yang menegaskan semangat kepahlawanan dalam konteks pembangunan nasional.
  • Koin Karapan Sapi

    adalah medium yang membawa kekayaan budaya lokal ke dalam sistem visual negara melalui uang logam yang bersirkulasi luas.

Keduanya membuktikan bahwa uang bukan hanya medium ekonomi, tetapi juga instrumen naratif: tentang siapa kita, dari mana kita berasal, dan nilai-nilai apa yang hendak diwariskan kepada generasi mendatang.

Koleksi Uang sebagai Investasi Identitas

Mengoleksi uang kuno kini bukan hanya perkara nilai pasar atau kelangkaan logam. Ini adalah aktivitas intelektual dan kultural—sebuah cara untuk merawat sejarah, menghidupkan kembali narasi bangsa, serta menanamkan nilai-nilai budaya dalam bentuk yang konkret dan terjangkau.

Baik itu dalam bentuk purwarupa langka yang tidak pernah beredar, maupun koin bercorak budaya dengan kilau menggoda, setiap uang koleksi adalah cermin dari waktu yang tak bisa kembali, namun bisa kita simpan, pelajari, dan banggakan.

JeteOfficialShop

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *